Wednesday, February 24, 2010

burung garuda

Dikisahkan hiduplah di suatu kampung bernama kampung Gresi, suami istri yang memiliki seorang anak perempuan. Suatu hari mereka bertiga melakukan perjalanan lewat laut dengan perahu menuju Depapre. Dalam perjalanannya si anak meminta minum kepada bapaknya, dan bapaknya menyuruhnya meminta pada mamanya. Saat mengambil air, mama dan anak terjatuh ke laut. Tidak berapa lama mereka muncul kembali dari laut dalam bentuk yang berbeda, yakni sebelah manusia tetapi sebelah lagi berbentuk patung. Sebagian warga setempat mempercayainya sebagai hantu laut. Sang Bapak terus mendayung perahunya menuju daerah Ormu, sesampainya di tempat tujuan, ia mendapat firasat jika wanita dan anak yang saat ini bersama mereka bukanlah istri dan anaknya. Namun diabaikannya perasaan itu.
Sementara itu di kampung yang lain, masih di sekitar kabupaten Jayapura, hiduplah seekor burung Garuda, burung Garuda memiliki kebiasaan mengambil hasil kebun masyarakat sekitar, dia juga mencuri makanan penduduk seperti sagu, singkong, dan keladi serta mengambil hasil buruan yang didapat warga sekitar dari hutan. Sang burung tinggal di sebuah pohon besi yang memiliki ketinggian kurang lebih 100 meter. Ketinggian pohon yang tidak bisa ditemui saat ini. Ia membawa terbang setiap hasil curian yang didapatkannya ke pohon besi tersebut. Sehingga tidak satupun hewan maupun manusia yang bisa mengambil kembali barang dari burung Garuda.
Mama dan anak yang telah tenggelam di laut dalam perjalanannya ke Depapre, akhirnya muncul kembali ke permukaan. Mereka ditangkap oleh burung Garuda dan dibawa ke pohon kayu besi. Mereka diminta untuk tinggal bersama sang burung. Burung Garuda mencarikan mereka rumah untuk di bawa naik dan ditaruh di pohon kayu besi sebagai tempat tinggal mama dan anak. Selama tinggal bersama burung Garuda di pohon besi semua kebutuhan mama dan anak dipenuhi olehnya. Sang burung mencarikan makanan dan minuman dari bawah, membuatkan anak perempuan sebuah ayunan, serta masih banyak lagi. Mereka tinggal berbahagia di sana. Bahkan sang anak memanggil burung Garuda dengan sebutan ayah. Secara fisik burung Garuda memiliki kepala sebagaimana manusia hanya saja badannya yang berbentuk burung.
Adalah kebiasaan si anak bermain ayunan setiap hari. Secara tidak sengaja Bapak si anak sedang berburu dan memasang jebakan buruan di pohon besi. Ia mendengar ada suara anak yang sedang bermain. Ia merasa aneh ada suara anak di atas pohon. Ia mendapat firasat jika suara itu adalah suara anaknya. Kemudian pulanglah ia kerumah dan memperhatikan istri dan anaknya yang dirumah, lagi-lagi ia melihat keanehan pada diri anak dan istrinya tersebut. Ia semakin yakin jika anak dan istri yang berada dirumahnya bukanlah istri dan anaknya yang sesungguhnya, melainkan jelmaan makhluk laut. Pada hari buruan yang ketiga, sang bapak tetap mendengar suara anak yang bermain. Akhirnya ia mencoba memanggil anak tersebut. Sang anak menanyakan pada sang ibu siapa gerangan pria yang memanggilnya itu. Apa memang ia adalah ayahnya seperti yang dikatakan laki-laki itu. Melihat kejadian itu burung Garuda melarang si anak melihat kebawah lagi dan memintanya tidak menanggapi panggilan suara tersebut. Sementara sang istri mengenali jika suara itu adalah suara ayah anaknya yang menjadi suami sebelum bersama burung Garuda.
Suaminya meminta istri dan anaknya untuk kembali padanya. Kemudian istri meminta ijin burung Garuda apakah ia dibolehkan kembali pada suaminya. Sang burung Garuda membolehkan mereka untuk kembali dan ia berpesan pada suami dan ayah sang anak agar mereka disiapkan rumah dahulu sebelum ia diturunkan dan dikembalikan padanya. Burung Garuda juga berpesan jika suatu saat ada orang yang menembaknya maka si anak dibolehkan mengambil bagian perut dekat jantung yang diberikan khusus untuk anak perempuan itu. Sedangkan bagian lainnya boleh diambil oleh yang lainnya.
Benar saja, orang-orang berencana menembak burung Garuda. Karena merasa resah dengan keberadaan burung Garuda yang suka mengambil barang-barang penduduk. Pendudukpun akhirnya mencoba membuat perangkap dari batu yang berbentuk babi sehingga ketika burung Garuda hendak mengambilnya akan terasa berat, hal ini akan menghambat geraknya untuk terbang tinggi. Namun berulang kali ditembak tidak ada yang berhasil menembaknya, akhirnya seorang yang cacat mampu membidikkan tembakannya pada perut sang burung. Sebagaimana wasiat burung Garuda jika bagian perutnya hanya boleh diambil oleh anak perempuan, yang ternyata berisi berbagai macam harta kekayaan, yang menjadikan anak perempuan itu kaya raya. Ternyata beragam harta yang dikumpulkan selama hidup burung Garuda ditujukan hanya untuk satu anak perempuan itu. Masyarakat nimboran, papua, pun yakin burung Garuda ini telah dijadikan lambang Negara sekarang ini.

2 comments:

  1. cerita yang harus dilanjutkan kepada keturunan & tetap harus dilestarikan.

    salam Papua

    ReplyDelete
  2. @ erick yoku: masalah utama pelestarian sastra lisan adalah belum adanya kesadaran masyarakat pemilik cerita untuk mentranskripsi cerita tersebut ke dalam tulisan, dan ini merupakan tugas kita bersama.
    chayo papua...!

    ReplyDelete