Diceritakan
kembali oleh Siswanto
Nara Sumber
Timotius Marweri (Ondoporo Waibu Iwa Iwa Yonokhong)
Suatu
ketika di kampung Yonokhong hiduplah ondoporo Doibereeuw-Simereew. Ia menikah
dengan dua orang perempuan. Istri pertama tidak diketahui namanya. Istri kedua ondoporo
ini bernama Burapankamoi. Ondoporo Doibereeuw-Simereew memperoleh dua orang
anak dari kedua istrinya. Masing-masing memberinya seorang anak laki-laki.
Kedua anak ondoporo ini tumbuh
menjadi pemuda-pemuda yang gagah dan perkasa. Kedua anak ondoporo ini sama-sama
anak sulung dan hanya terpaut beberapa tahun saja umurnya. Putra ondoporo dari istri pertama lahir
beberapa tahun lebih awal dari putra dari istri kedua ondoporo Doibereeuw-Simereew. Putra ondoporo dari istri pertama sejak awal sudah digadang-gadang kelak
di kemudian hari untuk diangkat menjadi ondoporo
mengantikan ondoporo
Doibereeuw-Simereew yang sudah mulai lanjut usia. Sebagai kandidat ondoporo maka putra dari istri pertama ondoporo ini mendapat perhatian yang
lebih dari kedua orang tuanya dan juga dari abu
afa.
Perlakuan istimewa yang diberikan
pada putra dari istri pertama ondoporo
ini membuat iri putra dari istri kedua ondoporo
yang bernama Ui. Ia juga anak sulung. Ia juga berhak mendapat perhatian dan
berhak pula menjabat ondoporo di
kemudian hari. Ayahnya telah berbuat tidak adil terhadap dirinya dan ibunya.
Rasa iri dan dengki yang dimiliki oleh Ui membuat ia menjadi gelap mata. Ia
merencanakan sebuah kudeta. Ia akan merebut tahta ke-ondoporo-an yang akan dilekatkan pada saudara tirinya yang bernama
Wereeuw. Ia akan berusaha menggapai impiannya dengan uhasa yang berat. Jika
perlu jalan kekerasan pun akan ditempuh untuk mewujudkan cita-citanya menjadi
seorang ondoporo.
Langkah awal ia akan menanyakan
tentang kebijakan ayahnya yang memilih saudara tirinya untuk diangkat menjadi ondoporo.
“Ayah, aku juga merupakan anak
sulung. Aku juga memiliki kemampuan berperang dan berburu sama separti saudara
tiriku. Tepapi, mengapa ayah memilih saudara tiriku untuk diangkat menjadi ondoporo?”
Tanya Ui dengan perasaan kurang senang.
“Kalian memang sama-sama anak
sulung. Kalian memang memiliki kemampuan berperang dan berburu yang nyaris
sama. Tetapi ketahuilah wahai Ui, aku menikah pertama kali dangan ibu saudara
tirimu itu, dia pulalah yang telah mengandung terlebih dahulu dibandingkan
dengan ibumu. Umur Wereeuw, saudara tirimu itu lebih tua beberapa tahu darimu.
Maka saudara tirimu itulah yang layak untuk menggantikanku kelak.” kata ondoporo
Doibereeuw-Simereew dengan suara yang berwibawa.
”Aku tidak peduli dengan semua
penjelasan Ayah. Aku sebagai anak sulung menuntut hakku sebagai anak sulung.
Jangan salahkan aku jika kelak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.” kata Ui
dengan marah.
Ondoporo Doibereeuw-Simereew merasa
sangat terpukul mendengar perkataan anak yang disayanginya itu. Namun, ia tetap
berkeyakinan yang mantap bahwa putra dari istri pertamanyalah yang akan
diangkat menjadi ondoporo.
Ui kemudian berlari keluar dari
rumah ayahnya. Tekadnya sudah bulat. Ia akan melenyapkan ayahnya. Jika ayahnya
sudah tidak ada maka rencananya untuk menjadi ondoporo tidak ada lagi yang
menghalangi. Pada suatu malam Ui berhasil menyelinap ke rumah ayahnya dan
berhasil membunuh ayahnya yang merupakan ondoporo Yonokhong. Setelah berhasil
membunuh ayahnya ia segera bersembunyi dan melihat perkembangan dari tempat
persembunyiannya.
Keesokan harinya gemparlah seisi
pulau Yonokhong mendapati ondoporo mereka telah meninggal dunia. Bukan
meninggal karena sakit atau karena tua, tetapi meninggal karena dibunuh orang.
Kerabat ondoporo segera berkumpul untuk membicarakan pembunuhan ini dan
berusaha untuk mengungkap dalang dari semua mala petaka ini. Dari penyelidikan
dan desas desus yang beredar maka terungkaplah sebuah nama. Ui. Ui adalah
dalang pembunuhan ini. Maka dipimpin Wereeuw, sanak saudara ondoporo mencari Ui
untuk menangkapnya. Ui harus dihukum seberat-beratnya.
Perasaan Ui menjadi tidak karuan ketika
dari tempat persembunyiannya ia melihat banyak orang sedang sibuk mondar-mandir
sambil memanggil-manggil namanya.
“Wah, gawat. Rencanaku gagal.
Perbuatanku telah diketahui oleh Wereeuw. Mereka pasti akan menangkap dan
menghukumku. Lebih baik aku segera pergi dari sini.” Kata Ui dengan perasaan
takut.
Ui segera menemui ibu dan
pengikutnya. Ia menyampaikan berita bahwa perbuatannya telah diketahui oleh
Wereeuw. Ia juga menceritakan bagaimana wereeuw dan pengikutnya sedang
mencari-cari diri dan ibunya. Melalui pertemuan singkat, akhirnya Ui, ibu, dan
pengikutnya pergi meninggalkan pulau Yonokhong ke arah utara. Tujuan mereka
adalah daratan besar di bawah gunung Robongholo. Pelarian Ui dan pengikutnya
telah diketahui oleh Wereeuw. Maka Wereeuw dan pengikutnya menghujani Ui dan
pengikutnya dengan panah dari atas bukit Butouw Patouw. Ui dan pengikutnya
tidak mau kalah, mereka juga membalas memanah ke arah Wereeuw yang berada di atas bukit.
Perang panah berlangsung lama dan menegangkan. Pertikaian ini berakhir dengan
habisnya anak panah milik kedua kubu yang sedang bertikai.
“Tidak usah dikejar. Biarkan mereka
pergi. Ia juga saudaraku. Aku tidak ingin tejadi pertumpahan darah lagi.” kata
Wereeuw.
Ui dan pengikutnya merasa lega
melihat Wereeuw tidak berusaha mengejar mereka. Setelah mendayung kurang lebih
tiga jam Ui dan pengikutnya akhirnya tiba di sebuah tanjung yang bernama
Warako. Ui memutuskan untuk menetap di tanjung ini. Di tempat ini Ui dan
pengikutnya membangun perkampungan baru. Ui memulai hidup baru dengan menikahi
lima orang istri. Di tanjung Warako ini Ui mendirikan kampung dengan nama Ayawi yang juga disebut dengan nama Ui
Uiyeware atau Doyo.
No comments:
Post a Comment