PA
|
:
|
PEMBINAAN BAHASA DAN SASTRA DI RRI JAYAPURA
MASA DEPAN CERITA RAKYAT PAPUA
Pada kesempatan yang membahagiakan
ini, kita akan berbincang bersama-sama mengenai “Masa Depan Cerita Rakyat Papua”. Bapak Siswanto
selaku narasumber dari Balai Bahasa Provinsi Papua telah
hadir di studio. Selamat pagi, Pak.
|
NS
|
:
|
Selamat
pagi, dan selamat pagi juga bagi pendengar setia RRI yang berada di
seluruh tanah Papua..
|
PA
|
:
|
Topik pembicaraan kita pagi ini
adalah “Masa Depan Cerita Rakyat Papua”. Sebelum pembahasan kita melangkah
jauh menggapai masa depan cerita rakyat Papua, dapatkah Pak Sis menjelaskan
tentang kondisi nyata suku bangsa papua dari kacamata balai bahasa?
|
NS
|
:
|
Menurut Dinas Kebudayaan
Provinsi Papua tahun 2014 mengemukakan bahwa jumlah suku bangsa yang ada di
tanah papua berjumlah 248 suku bangsa yang terdiri dari 272 bahasa daerah.
Dari 248 suku bangsa ini tentu saja memiliki kebudayaan, adat-istiadat, dan
sastra lisan yang berbeda pula. Menurut penelitian Balai Bahasa Provinsi
Papua hingga 2015 ini telah terdokumentasikan 307 bahasa daerah yang ada di
Tanah Papua. Dari hasil penelitian ini juga dapat diketahui bahwa
bahasa-bahasa yang memiliki penutur di bawah 500 dikategorikan dalam status
di ambang kepunahan. Jika dipersentasekan maka jumlah bahasa yang berada di
ambang kepunahan berjumlah 30%. Bahkan ada dua suku yang kini sudah tidak
memiliki bahasa daerah lagi. Yang pertama Amyu yang berada di Arso Timur,
Keerom dan yang kedua suku Mer atau Miere di Teluk Etna, Kaimana. Kedua suku
itu masih ada namun masyarakatnya sudah tidak dapat menuturkan bahasa daerah
mereka. Ada pepatah mengatakan bahwa “bahasa menunjukkan bangsa”. Jika bahasa
telah punah maka bangsa pun lambat laun akan punah, dan yang ikut terbawa
punah yaitu kebudayaan dalam hal ini adalah cerita rakyat.
|
PA
|
:
|
Wah, begitu ya. Sayang sekali
jika sebuah kebudayaan mesti musnah. lalu bagaimana kaitan antara cerita
rakyat dan keberlangsungan nasibnya?
|
NS
|
:
|
Salah satu sifat
cerita rakyat yang utama terletak pada cara penyampaiannya. Cerita rakyat
disampaikan melalui cara penuturannya. Ia dituturkan dari individu kepada individu yang lain
atau sekumpulan individu yang lain, misalnya seorang bapak akan menuturkan kepada anaknya dan seterusnya.
Cerita rakyat lazimnya disampaikan secara lisan dari
satu generasi kepada generasi yang lain. Generasi tua akan menyampaikan
sebuah cerita kepada anak cucu mereka.
Seperti masyarakat yang lain di dunia ini masyarakat Papua
juga mempunyai cerita
rakyat. Cerita rakyat ini diturunkan secara lisan dari satu generasi
kepada satu generasi lain karena mereka tidak mempunyai tradisi dan sistem tulis.
Kelemahan sistem lisan ini apabila tidak dilakukan
terus-menerus atau turun-temurun makan rangkaiannya akan terputus. Lambat
laun cerita rakyat akan hilang dan punah. Terlebih lagi jika masyarakat yang
menuturkan cerita rakyat itu ikut punah maka punahlah pula cerita rakyat itu.
|
PA
|
:
|
Pak Sis, sebenarnya
seberapa penting cerita rakyat itu sehingga layak untuk diwariskan pada anak
cucu kita?
|
NS
|
:
|
Para pendahulu setiap masyarakat di manapun selalu
menanamkan nilai-nilai dan konsepsi-konsepsi yang kemudian diyakini sebagai blue-print
yang menjadi penuntun dalam perjalanan hidupnya. Nilai dan konsepsi itu
menjadi pedoman dalam tingkah laku. Tingkah laku setiap individu dan kelompok
dan ekspresi-ekspresi simbolik mereka telah banyak diteliti oleh para ahli
ilmu-ilmu sosial untuk melihat lebih jauh proses dan tujuan pewarisan nilai
dan konsepsi tersebut dilakukan. Clifford Geertz mengatakan bahwa sistem pewarisan
konsepsi dalam bentuk simbolik merupakan cara bagaimana manusia dapat
berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan sikapnya
terhadap kehidupan.
Salah satu
sarana pewarisan nilai dan konsepsi adalah cerita rakyat, yaitu kisah
atau dongeng yang lahir dari imajinasi manusia, khayalan manusia tentang
kehidupan mereka sehari-hari.
|
PA
|
:
|
Lalu apa fungsi cerita rakyat yang dapat dipetik oleh para
pendengar atau pembacanya?
|
NS
|
:
|
Setiap cerita rakyat
memiliki fungsi dan tujuan yang hendak disampaikan kepada masyarakatnya.
Fungsi dan tujuan dapat berbeda-beda sesuai dengan pandangan masyarakat, alam
dan lingkungannya. Setidaknya cerita rakyat memiliki tiga fungsi, yaitu 1) fungsi hiburan, 2) fungsi pendidikan, dan 3) fungsi penggalang
kesetiakawanan sosial.
Cerita rakyat jelas
merupakan suatu bentuk hiburan. Dengan mendengarkan cerita rakyat sepeti
dongeng, mite atau legenda, kita sekan-akan diajak berkelana ke alam lain
yang tidak kita jumpai dalam pengalaman hidup sehari-hari. Para penuturnya
pun sering mempunyai kecenderungan untuk mengembangkan cerita yang pernah
didengarnya dengan jalan menuturkan fantasinya sendiri. Dengan demikian
cerita itu pada satu pihak menyebar secara luas di kalangan masyarakat dalam
bentuk dan isi yang relatif tetap karena kuatnya si penutur pada tradisi,
tetapi pada lain pihak juga banyak mengalami perubahan, karena hasratnya
untuk menyalurkan angan-angannya serta cita rasanya sendiri.
|
PA
|
:
|
Di awal penjelasan tadi
Pak Sis sudah mengatakan jika sebuah suku bangsa punah maka semua perangkat
kebudayaan yang di dalamnya terdapat cerita rakyat juga ikut punah. Yang
menjadi pertanyaan saya, apakah ada penyebab lain yang menyebabkan cerita rakyat
mengalami proses kepunahan?
|
NS
|
:
|
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari
narasumber dalam beberapa penelitian kami dan instansi-instansi lain, cerita rakyat dalam kalangan masyarakat Papua
sedang mengalami proses
kepunahan.
selain generasi tua yang banyak menyimpan pengetahuan
mengenai cerita rakyat semakin pupus
kerana faktor alami juga karena generasi muda tidak mempunyai minat untuk mendengar
cerita rakyat dan tidak mampu untuk mewarisi cerita-cerita rakyat yang
dimiliki oleh masyarakat. Selain itu, tidak ada pihak dalam masyarakat yang bertanggungjawab dan
berusaha untuk melestarikan tradisi bercerita yang pada
zaman dahulu pernah menjadi bagian dari cara hidup masyarakat.
Secara
garis besar, terdapat dua
faktor yang turut memberi peran dalam proses
kepunahan cerita rakyat masyarakat
Papua, yakni faktor manusia dan faktor keahadiran teknologi.
|
PA
|
:
|
Bagaimana manusia
yang notabene pemilik cerita rakyat dapat menyebabkan punahnya cerita rakyat
mereka sendiri?
|
NS
|
:
|
Sikap seseorang
memainkan peranan penting dalam kehidupan. Sikap masyarakat menentukan
keadaan sesuatu masyarakat. Maka ketika cerita rakyat masyarakat Papua
semakin redup maka hal yang dapat
dikaitkan dengannya ialah sikap masyarakat Papua
yang tidak dapat
memepertahankan cerita rakyat
mereka. Dewasa ini, masyarakat menganggap
cerita rakyat adalah sebuah mitos.
Mitos
(mite), adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi setelah
dianggap suci oleh empunya. Mite ditokohkan oleh dewa atau makhluk setengah
dewa. Peristiwanya terjadi di dunia lain atau bukan di dunia yang seperti
kita kenal sekarang ini dan terjadi di masa lampau. Mite
merupakan suatu cerita yang mempunyai latar belakang sejarah, dipercayai oleh
masyarakat sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak
mengandung hal-hal yang ajaib, dan umumnya ditokohi oleh dewa. Latar
ceritanya terjadinya di dunia lain atau di dunia yang bukan seperti dikenal
sekarang. Dengan demikian, kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari mite
begitu saja, meskipun kebenaran suatu mite belum tentu memberikan jaminan dan
bisa dipertanggungjawabkan.
|
PA
|
:
|
Lalu apa yang salah
dengan mitos, bukankah dengan mempelajari mitos kita dapat menjadikannya sebagai bahan untuk memerkokoh nilai-nilai sosial budaya dan juga terdapat ajaran etika dan moral?
|
NS
|
:
|
Benar
sekali, Pak. Namun, kini, cerita rakyat yang berupa mitos dianggap
sebagai dongeng dan hanya sekadar untuk hiburan semata.
Generasi muda memandang cerita rakyat
sebagai cerita dongeng dan mitos semata-mata, dan tidak mempunyai nilai.
Mereka menganggap semua adat dan tradisi nenek moyang
itu sudah ketinggalan zaman. Seperti halnya salah
satu suku yang berada di perbatasan Merauke (penelitian bulan Maret 2015),
generasi tua mengeluhkan generasi muda yang tidak lagi berusaha untuk
mempelajari bahasa dan adat istiadat suku mereka. Sikap tersebut mengakibatkan peninggalan nenek moyang
mereka berupa sastra lisan semakin dilupakan dan terus lenyap dibawa oleh arus modernisasi.
|
PA
|
:
|
Apakah proses
asimilasi turut berperan serta dalam proses kepunahan cerita rakyat?
|
NS
|
:
|
Tepat sekali. Masyarakat Papua terdiri dari multi etnik.
Ada beberapa suku yang dominan di
segi jumlah daripada suku yang lain. Hal ini dapat saja
memengaruhi pola kehidupan suku lain yang tidak dominan dalam segi jumlah. Keadaan seperti ini dinamakan sebagai asimilasi budaya, yaitu jika suatu budaya minoritas dipengaruhi oleh budaya mayoritas.
Kun Maryati dan Junju Suryawat (2001) menyatakan bahwa asimilasi adalah
suatu proses sosial berupa usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan antara individu atau kelompok untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik. Asimilasi timbul apabila kelompok-kelompok manusia
yang berbeda budaya saling bergaul dan menyesuaikan diri
agar tidak terdapat jurang perbedaan yang nyata antara dua kelompok. Dalam proses asimilasi, kumpulan
minoritas akan meninggalkan budaya mereka dan menerima budaya
mayoritas.
Dalam masyarakat Papua, proses asimilasi yang dapat dilihat adalah
perkawinan capur antarsuku yang ada di Tanah Papua atau antarsuku Papua
dengan suku pendatang dari luar papua. Tradisi perkawinan adat (acara yang
menggunakan tradisi adat) tidak dapat dilakukan karena adanya perbedaan suku
kedua pasangan. Setelah menikah, adat istiadat yang melekat dalam proses
kelahiran, pemberian nama, syukuran, dan lainnya juga tidak dapat dilakukan
lagi. Atau bisa saja misalnya si suami lebih dominan maka prosesi adat dapat
mengikuti si suami. Apabila salah
satu bagian lebih dominan
dari yang lain, banyak tradisi
dalam satu pihak akan turut terkikis. Lahirlah sekarang
yang namanya Jamer (Jawa-Merauke), koya (Komen-Jawa), Cina Serui, Mujair
(muka Jawa-Irian), dan lain-lain.
Sementara itu, masyarakat Papua disebut sebagai masyarakat transisional
yaitu masyarakat
yang mengalami pergeseran ciri-ciri lokalnya seiring dengan melebarnya
batas-batas interaksi dan batas pengetahuan mereka. Intensitas hubungan
sosial yang semakin meningkat memacu perubahan bentuk-bentuk kewajiban sosial
antaranggota masyarakat akibat meluasnya batas-batas solidaritas sosial.
Meskipun kepemimpinan lokal masih dianggap penting, hubungan dengan dunia
luar telah menyebabkan melemahnya keyakinan tentang sesuatu yang bersifat
magis dan supernatural.
|
NS
|
:
|
Apa dampak nyata dari proses asimilasi ini Pak Sis?
|
PA
|
:
|
Kita akan kehilangan penutur asli. Ketika proses asimilasi
berlangsung terus-menerus maka tidak akan ada lagi masyarakat asli penutur
bahasa-bahasa di Papua. Misalnya ayahnya orang Biak, ibunya orang Sentani,
lalu anaknya terlahir menjadi suku apa. Memang benar ia orang Papua tapi
identitas kebangsaannya apa, karena ia tidak dapat menunjukkannya sebagai orang
Biak ataupun orang Sentani. Hal ini pun berakibat pada menurunnya jumlah
penutur asli cerita rakyat. Kehilangan
penutur asli ini juga menjadi faktor proses kepunahan cerita rakyat karena cerita rakyat ini akan turut hilang bersama
penuturnya.
|
PA
|
:
|
Pak Sis, bagaimana dengan faktor teknologi?
|
NS
|
:
|
Dewasa ini,
perkembangan teknologi moden semakin pesat. Teknologi yang diterima oleh
masyarakat Papua seperti televisi, radio, cakram padat (CD), internet dan sebagainya adalah salah satu kemajuan positif yang
dapat dirasakan bagi masyarakat Papua. Pengaruh teknologi modern inilah yang memiliki
peranan yang paling dominan dalam proses percepatan kepunahan cerita rakyat.
Saat ini, anak-anak dan orang dewasa
akan menonton televisi untuk mendapatkan hiburan atau mendengar radio untuk
mengetahui informasi. Penggunaan media lisan tidak lagi berfungsi sebagai media utama menyampaikan informasi
dalam masyarakat.
Secara tidak langsung, cara tradisi lisan
yang digunakan pada
zaman ketika dahulu tidak lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas bercerita pun tidak lagi dilakukan disebabkan adanya media elektronik seperti televise
dan radio yang lebih memonopoli dibanding dengan tradisi lisan.
|
PA
|
:
|
Saya benar-benar
prihatin jika memang demikian kenyataannya. Kemudian, Pak Sis, apakah ada
upaya untuk merevitalisasi cerita rakyat Papua agar masa depannya tidak lagi
suram?
|
NS
|
:
|
Tidak mudah
memang melakukan revitalisasi cerita rakyat dalam sebuah percaturan dunia
global di mana proses sosial terus mengalir meninggalkan warisan-warisan
budaya lokal. Namun demikian, negosiasi terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi harus terus dilakukan. Negosiasi antara yang lokal dan yang global
mengambil bentuk penyesuaian-penyesuaian lokalitas dalam interaksinya dengan
globalitas. Salah satu langkah positif yang telah ditempuh pemerintah,
termasuk Balai
Bahasa Provinsi menyangkut
penyesuaian itu adalah mengangkat kembali cerita rakyat dari level lokal
menjadi nasional, kemudian global, melalui publikasi dan alih bahasa isi
cerita ke dalam bahasa-bahasa Internasional. Dengan mengglobalnya cerita
rakyat Papua, maka segenap lapisan masyarakat dari berbagai kawasan
di Indonesia dan dunia dapat mengenalinya dan menjadikannya sebagai salah
satu unsur pembentuk identitas global.
|
PA
|
:
|
Pak Sis, Pembicaraan kita kali ini menarik sekali.
Tentunya masih banyak lagi hal lain yang bisa kita gali dari cerita rakyat
yang ada di Papua ini. Sebagai penutup dapatkah bapak memberikan simpulan
tentang pembicaraan kita di pagi ini?
|
NS
|
:
|
Secara
keseluruhan, cerita rakyat masyarakat Papua
merupakan manifestasi kehidupan, pandangan hidup serta
lambang jati diri masyarakat Papua. Cerita rakyat mengandung
ajaran tentang nilai dan budaya
yang unik. Namun, cerita rakyat masyarakat Papua
ini sedang mengalami Proses
kepunahan disebabkan oleh faktor sikap
manusia dan kemajuan teknologi. Mari kita bersama
melestarikan cerita rakyat Papua dengan cara terus menuturkannya pada anak
cucu kita.
|
Tuesday, May 24, 2016
MASA DEPAN CERITA RAKYAT PAPUA
Subscribe to:
Posts (Atom)